Pagi itu dengan berbekal tidur tiga jam, saya akan
menghadapi hari yang menegangkan. Entah apa yang akan terjadi. Tapi harus siap
dengan segala sesuatu yang akan terjadi.
Sebelum ke kampus, taklupa untuk berpamitan
dengan ibu. Saya bahkan tidak Pe-De
ketika tidak mencium tangan keriput beliau dan belum melihat wajahnya sebelum
pergi. Sudah menjadi hal yang saya wajibkan untuk diriku sendiri. Berharap
ridho dan doa orang tua selalu menemani disetiap langkah.
“Bu,
bentar Ian mau presentasi.. doain Ian ya Bu!” Sambil
kucium tangan beliau.
“Iaa,
Nak! Doa Ibu menyertaimu. Insya Allah, Allah mudahkan.”
Hati ini kembali tenang mendengar ucapan
beliau. Seakan menjadi spirit baru untukku.
-Jam 08.35, RPA-
Kebetulan pagi itu ada kuliah fisiologi
reproduksi yang dibawakan oleh salah satu dosen dari bagian fisiologi, dr.
Rivan. Sayangnya, konsentrasiku harus terbagi dengan laptop biru yang ada di
mejaku untuk menyelesaikan slide yang masih belum matang. Alhamdulillah, sebelumnya saya sudah sedikit mempelajari dan
membaca fisiologi reproduksi dari guyton. Sehingga saya
memutuskan untuk mempelajarinya setelah saya fokus dengan presentasiku hari
ini.
“Ciee,
yang hari ini presentasi! Dapat materi apa? Nggak tidur, ya!”
Wajar! Saya tampak seperti mayat hidup yang berjalan..
“Heh,
dapat fisiologi tidur.”
“Hehe,
semangat yaa!”
Jam kedua dilanjutkan dengan PBL.
Mendiskusikan suatu kasus yang dilakukan secara perkelompok. Biasanya kasus
tersebut adalah penyakit yang sering ditemui di masyarakat dan memiliki tingkat
kemampuan empat bagi dokter. Tingkat kemampuan empat menandakan
bahwa sang dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan pemeriksaan tambahan (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana
atau X-ray). Dokter diharapkan dapat memutuskan dan mampu menangani
problem itu secara mandiri hingga tuntas.
Skenarionya mengenai gangguan haid.
Saat itu saya ‘absen’ bicara. Apa lagi kalau
bukan alasannya untuk menyelesaikan slide presentasi. Saya bahkan hanya sedikit
mengeluarkan pendapat. Lagi-lagi, pikiranku harus terbagi.
Waktu berputar cepat sekali. Berlalu begitu
saja tanpa memperdulikanku. Memang, karena kecepatan tercepat saat ini adalah
waktu. Hal itu berbanding lurus dengan frekuensi kontraksi jantungku, membuatku
sulit untuk menenangkan diri. Saking
tidak tenangnya, rasa kantuk itu sama sekali tidak terasa.
Ba’da
ashar, saya meminta Ramdhan, teman sekaligus salah
seorang calon asisten fisiologi, untuk mendengarkan pemaparanku dalam
memberikan presentasi. Saya memintanya untuk mengkritik jika terdapat
kekurangan sekaligus melihat berapa lama presentasi yang dapat saya bawakan.
Tidak tenang, saya bahkan memintanya untuk mendengarkanku beberapa kali hingga
lancar dan bisa menyelesaikan presentasi dalam waktu kurang dari sepuluh menit.
“Ehh,
pantun kamu udah ada?”
“Iya,
udah ada.”
“Liat
dong!”
“Kasih
liat nggak, ya?”
“Kamu
tuh yaa, jangan kayak si aris dong!”
“Hehe,,
kalau sekarang saya kasih liat, nggak seru! Nanti nggak suprise!”
“Iaa
juga sih. keren nggak?
“Keren
nggak yaa?”
“Aaaarrrrrrgggghhh!!!”
“Hehe,
ntar liat aja. Jangan diketawain, ya!”
Candaan tersebut membawa suasana hangat
diantara perbincangan senja itu. Setidaknya dapat merelaksasikan otot-otot
leher yang hampir seharian terkena tension
headache.
**************
Sepuluh menit lagi presentasi akan dimulai.
Saya pun semakin tidak tenang. Dan biasanya ketika dalam keadaan grogi seperti
ini, secara refleks saya akan banyak bergerak. Mondar mandir layaknya cacing
kepanasan. Telapak tanganku pun berkeringat. Di detik-detik terakhir itu, saya
berusaha untuk menenangkan diri.
“Para
peserta calon asisten faal, diharapkan memasuki ruangan karena presentasi kita
akan segera dimulai.” Salah
seorang asisten menghimbau dari dalam ruangan menggunakan pengeras suara.
Para peserta pun mulai memasuki ruangan.
Takkusangka! Selain ada asisten fisiologi dari angkatan 2009, ada juga mantan
asisten fisiologi dari angkatan 2008 yang hadir sebagai tim penilai.
“Ini tidak
boleh menghancurkan mentalku.”
Hari ini ada empat presenter yang akan
memberikan presentasinya. Selain saya, ada Ita membawakan fisiologi olahraga, Uli
membawakan fisiologi pendengaran, dan rian yang membawakan fisiologi sel. Saya
mendapat giliran pertama memberikan presentasi karena memang namaku yang
pertama keluar saat pengundian kemarin.
Presentasi pun dimulai.
Dengan ucapan basmalah, saya memulai presentasiku. Semua mata tertuju padaku penuh arti.
Seakan pandangan mereka berkata, “tunjukkan apa yang kau bisa lakukan”. Mencoba
memberikan performa terbaik dan melakukannya dengan seprofesional mungkin,
tidak terlihat gugup.
Delapan menit tiga puluh detik dari sepuluh
menit yang disediakan, saya pakai untuk presentasi. Waktu yang lebih cepat
dibanding saat sesi latihan
bersama Ramdhan. Sebelum melangkah ke sesi tanya jawab,
para asisten memintaku untuk memperlihatkan pantun yang telah saya buat.
Pantun
nda jelas,
Tempe goreng
dimakan dengan iwa peyek
Tetap
mantap di makan bareng pacar
Tidur
memang asik
Tapi
saya tidak bisa tidur
Dengan ekspresi datar, ucapan yang seakan
pasrah, dan tentu saja pantun yang terdengar aneh, sontak membuat para peserta
yang hadir termasuk tim penilai tertawa. Padahal, saya pikir pantun tersebut
terdengar jayus dan garing yang akan menyebabkan mereka muak mendengarnya. Saya
pun hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala dengan pantun yang secara
‘ilham’ saya dapat.
Kemudian, dilanjutkan ke sesi tanya jawab.
Suasana pun kembali menegang, memanas. Saya sudah takdapat lari kemana-mana.
Seakan terkurung dalam kandang singa yang siap menerkam.
Menjadi seorang yang pertama memberikan
presentasi membuat saya sama sekali tidak mengetahui medan yang saya hadapi.
Tidak ada gambaran mengenai apa yang harus saya siapkan dan apa yang harus saya
hindari. Minimnya pengalaman dalam memberikan presentasi ditambah dengan materi
presentasi yang kurang matang menjadi celah yang menyebabkan saya dibrondong
berbagai kritik dan masukan dari tim penilai.
Dan satu hal yang takkan pernah
bisa saya lupa adalah salah satu komentar dari tim penilai, kak Mamad.
“Sebelum
saya memberikan pertanyaan, saya sedikit mengomentari masalah penampilanmu saat
memberikan presentasi.”
Suasana hening. Para peserta menunggu kak
Mamad melanjutkan perkataannya. Saya hanya bisa mengepalkan tangan kanan..
“Saya
pikir, kamu ini lebih cocok menjadi anggota boyband ketimbang menjadi seorang
asisten.”
Lagi-lagi sudah tidak diragukan lagi, tawa pun
kembali pecah seketika. Membuat suasana yang tadinya hening, kembali menjadi riuh
membahana. Ingin rasanya mau melarikan diri, menyembunyikan wajahku yang polos
lantaran malu karena ditertawai untuk kesekian kalinya.
“Saya
sepertinya salah masuk audisi kali yaa? Seharusnya saya ikut audisi jadi
peserta stand up comedy saja.” Pikirku.
Ya, saya adalah salah seorang anggota boyband
dari angkatanku yang sempat perform selama
kurang lebih delapan menit saat inaugurasi pengukuhan aXoplasmic, angkatanku.
Berperan sebagai Donghae saat membawakan
lagu dari Super Junior. Dan saat itu
juga, secara kebetulan Osteo8last, angkatan 2008, hadir memberikan penampilan
mereka untuk terakhir kalinya saat mereka berada di preklinik
“Aduh...bisa-bisanyaa
diingat dengan situasi semacam ini.” Hanya bisa
mengelus dada.
Cukup tertawanya.
Setelah komentar itu, pertanyaan demi
pertanyaan pun dilontarkan kepadaku. Ada yang bisa saya jawab, tetapi
kebanyakan pertanyaan mengharuskanku untuk menjawab, “Mohon maaf kak, saya belum membacanya.”
Usai memberikan presentasi, rasanya beban
seribu ton yang hinggap di punggungku lepas, lenyap takbersisa layaknya seorang
tahanan yang bisa menghirup udara bebas selepas dari Bareskrim. Saya menyadari banyak sekali kekurangan yang terlihat di
mata tim penilai. Pembuatan slide yang polos tanpa animasi, cara penyampaian
materi, menjadi sebagian indikator kekurangan dalam presentasi yang saya
bawakan. Terlepas dari itu semua, tiada henti rasa syukur ini kupanjatkan
karena telah melewati pertarungan melawan diri sendiri. Mengalahkan
ketidakpercayaan diri. Melawan pikiran-pikiran yang selama ini membuat sesak
hingga takdapat berdiri menghadapi kenyataan.
“Saatnya
tawakkal. Pasrah dengan apa yang akan terjadi.”
Diantara keempat presenter yang tampil pada
hari itu, satu-satunya pantun yang tidak jelas adalah pantunku. Ya, sesuai
dengan judulnya. Pantun-pantun presenter yang lain terdengar easy listening. Tidak ada yang seaneh
pantunku.
Masih tersisa empat belas orang lagi yang
belum memberikan presentasinya. Presentasi berikutnya akan dimulai lagi minggu
depan. Semua peserta calon asisten fisiologi diwajibkan untuk hadir pada setiap
presentasi yang diadakan. Selain sebagai penilaian tambahan, melalui presentasi
tersebut diharapkan para peserta yang hadir dapat mengambil ilmu pengetahuan
yang sebelumnya belum diketahuinya atau sekedar mengulangi pelajaran yang
sempat dilupa. Sehingga ini juga menjadi sebuah ajang pembelajaran dan saling
bertukar ilmu bukan hanya untuk calon asisten baru, tetapi juga untuk
asisten-asisten lama maupun mantan asisten-asisten sebelumnya.
“Malam ini pembalasan tidur.”
Beberapa hari setelah saya presentasi, ‘pantun
tidak jelas’ itu menjadi trending topic terutama
dikalangan para peserta audisi asisten. Bahkan beberapa temanku pun masih
menertawaiku lantaran membawakan pantun yang kedengarannya sama sekali tidak
nyambung walaupun sajaknya a-b-a-b.
Parah memang!
Pikiranku pun sejenak melayang memikirkan
presentasi yang saya bawakan kemarin. Terkadang saya tersenyum sendiri melihat
kekonyolanku. Saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala..
“kok saya bisa seperti itu yaa?”
Rasa pesimis pun kadang datang dengan
sendirinya ketika memperhatikan presentasi dari calon asisten yang lain.
Terkadang pula, terbersit rasa penyesalan.
Karena memang, penyesalan selalu datang
belakangan.
Tanpa sadar, saya terlalu banyak mengeluh. Dan
tanpa disadari pula, dengan banyaknya keluhan inilah yang mengikiskan rasa
syukur dihati.
Astagfirullah.
“Maafkan
hamba-Mu ini yang khilaf yaa Allah.”
To be continued.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI DARWO DI NMR (_0 8 5 3 2 5 2 9 1 9 9 9_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI
BalasHapusTRIM’S ROO,MX SOBAT
ANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI DARWO DI NMR (_0 8 5 3 2 5 2 9 1 9 9 9_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI
TRIM’S ROO,MX SOBAT