Selasa, 18 September 2012

Boyband Berpantun (Episode 4)



Pagi itu dengan berbekal tidur tiga jam, saya akan menghadapi hari yang menegangkan. Entah apa yang akan terjadi. Tapi harus siap dengan segala sesuatu yang akan terjadi.

Sebelum ke kampus, taklupa untuk berpamitan dengan ibu. Saya bahkan tidak Pe-De ketika tidak mencium tangan keriput beliau dan belum melihat wajahnya sebelum pergi. Sudah menjadi hal yang saya wajibkan untuk diriku sendiri. Berharap ridho dan doa orang tua selalu menemani disetiap langkah. 

“Bu, bentar Ian mau presentasi.. doain Ian ya Bu!” Sambil kucium tangan beliau.
“Iaa, Nak! Doa Ibu menyertaimu. Insya Allah, Allah mudahkan.”

Hati ini kembali tenang mendengar ucapan beliau. Seakan menjadi spirit baru untukku.
-Jam 08.35, RPA-
Kebetulan pagi itu ada kuliah fisiologi reproduksi yang dibawakan oleh salah satu dosen dari bagian fisiologi, dr. Rivan. Sayangnya, konsentrasiku harus terbagi dengan laptop biru yang ada di mejaku untuk menyelesaikan slide yang masih belum matang. Alhamdulillah, sebelumnya saya sudah sedikit mempelajari dan membaca fisiologi reproduksi dari guyton. Sehingga saya memutuskan untuk mempelajarinya setelah saya fokus dengan presentasiku hari ini.

“Ciee, yang hari ini presentasi! Dapat materi apa? Nggak tidur, ya!” 

Wajar! Saya tampak seperti mayat hidup yang berjalan..

“Heh, dapat fisiologi tidur.”
“Hehe, semangat yaa!”

Jam kedua dilanjutkan dengan PBL. Mendiskusikan suatu kasus yang dilakukan secara perkelompok. Biasanya kasus tersebut adalah penyakit yang sering ditemui di masyarakat dan memiliki tingkat kemampuan empat bagi dokter. Tingkat kemampuan empat menandakan bahwa sang dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan pemeriksaan tambahan (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter diharapkan dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.

Skenarionya mengenai gangguan haid.

Saat itu saya ‘absen’ bicara. Apa lagi kalau bukan alasannya untuk menyelesaikan slide presentasi. Saya bahkan hanya sedikit mengeluarkan pendapat. Lagi-lagi, pikiranku harus terbagi.
Waktu berputar cepat sekali. Berlalu begitu saja tanpa memperdulikanku. Memang, karena kecepatan tercepat saat ini adalah waktu. Hal itu berbanding lurus dengan frekuensi kontraksi jantungku, membuatku sulit untuk menenangkan diri. Saking tidak tenangnya, rasa kantuk itu sama sekali tidak terasa.

Ba’da ashar, saya meminta Ramdhan, teman sekaligus salah seorang calon asisten fisiologi, untuk mendengarkan pemaparanku dalam memberikan presentasi. Saya memintanya untuk mengkritik jika terdapat kekurangan sekaligus melihat berapa lama presentasi yang dapat saya bawakan. Tidak tenang, saya bahkan memintanya untuk mendengarkanku beberapa kali hingga lancar dan bisa menyelesaikan presentasi dalam waktu kurang dari sepuluh menit.

“Ehh, pantun kamu udah ada?”
“Iya, udah ada.”
“Liat dong!”
“Kasih liat nggak, ya?”
“Kamu tuh yaa, jangan kayak si aris dong!”
“Hehe,, kalau sekarang saya kasih liat, nggak seru! Nanti nggak suprise!”
“Iaa juga sih. keren nggak?
“Keren nggak yaa?”
“Aaaarrrrrrgggghhh!!!”
“Hehe, ntar liat aja. Jangan diketawain, ya!”

Candaan tersebut membawa suasana hangat diantara perbincangan senja itu. Setidaknya dapat merelaksasikan otot-otot leher yang hampir seharian terkena tension headache.
**************

Sepuluh menit lagi presentasi akan dimulai. Saya pun semakin tidak tenang. Dan biasanya ketika dalam keadaan grogi seperti ini, secara refleks saya akan banyak bergerak. Mondar mandir layaknya cacing kepanasan. Telapak tanganku pun berkeringat. Di detik-detik terakhir itu, saya berusaha untuk menenangkan diri.

“Para peserta calon asisten faal, diharapkan memasuki ruangan karena presentasi kita akan segera dimulai.”  Salah seorang asisten menghimbau dari dalam ruangan menggunakan pengeras suara.

Para peserta pun mulai memasuki ruangan. Takkusangka! Selain ada asisten fisiologi dari angkatan 2009, ada juga mantan asisten fisiologi dari angkatan 2008 yang hadir sebagai tim penilai.

“Ini tidak boleh menghancurkan mentalku.”

Hari ini ada empat presenter yang akan memberikan presentasinya. Selain saya, ada Ita membawakan fisiologi olahraga, Uli membawakan fisiologi pendengaran, dan rian yang membawakan fisiologi sel. Saya mendapat giliran pertama memberikan presentasi karena memang namaku yang pertama keluar saat pengundian kemarin.

Presentasi pun dimulai.

Dengan ucapan basmalah, saya memulai presentasiku. Semua mata tertuju padaku penuh arti. Seakan pandangan mereka berkata, “tunjukkan apa yang kau bisa lakukan”. Mencoba memberikan performa terbaik dan melakukannya dengan seprofesional mungkin, tidak terlihat gugup.

Delapan menit tiga puluh detik dari sepuluh menit yang disediakan, saya pakai untuk presentasi. Waktu yang lebih cepat dibanding saat sesi latihan bersama Ramdhan. Sebelum melangkah ke sesi tanya jawab, para asisten memintaku untuk memperlihatkan pantun yang telah saya buat.

Pantun nda jelas,
    Tempe goreng dimakan dengan iwa peyek
                Tetap mantap di makan bareng pacar
                Tidur memang asik
                Tapi saya tidak bisa tidur 

Dengan ekspresi datar, ucapan yang seakan pasrah, dan tentu saja pantun yang terdengar aneh, sontak membuat para peserta yang hadir termasuk tim penilai tertawa. Padahal, saya pikir pantun tersebut terdengar jayus dan garing yang akan menyebabkan mereka muak mendengarnya. Saya pun hanya bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala dengan pantun yang secara ‘ilham’ saya dapat.

Kemudian, dilanjutkan ke sesi tanya jawab. Suasana pun kembali menegang, memanas. Saya sudah takdapat lari kemana-mana. Seakan terkurung dalam kandang singa yang siap menerkam.
Menjadi seorang yang pertama memberikan presentasi membuat saya sama sekali tidak mengetahui medan yang saya hadapi. Tidak ada gambaran mengenai apa yang harus saya siapkan dan apa yang harus saya hindari. Minimnya pengalaman dalam memberikan presentasi ditambah dengan materi presentasi yang kurang matang menjadi celah yang menyebabkan saya dibrondong berbagai kritik dan masukan dari tim penilai. 

Dan satu hal yang takkan pernah bisa saya lupa adalah salah satu komentar dari tim penilai, kak Mamad.

“Sebelum saya memberikan pertanyaan, saya sedikit mengomentari masalah penampilanmu saat memberikan presentasi.”
Suasana hening. Para peserta menunggu kak Mamad melanjutkan perkataannya. Saya hanya bisa mengepalkan tangan kanan..

“Saya pikir, kamu ini lebih cocok menjadi anggota boyband ketimbang menjadi seorang asisten.”

Lagi-lagi sudah tidak diragukan lagi, tawa pun kembali pecah seketika. Membuat suasana yang tadinya hening, kembali menjadi riuh membahana. Ingin rasanya mau melarikan diri, menyembunyikan wajahku yang polos lantaran malu karena ditertawai untuk kesekian kalinya. 

“Saya sepertinya salah masuk audisi kali yaa? Seharusnya saya ikut audisi jadi peserta stand up comedy saja.” Pikirku.

Ya, saya adalah salah seorang anggota boyband dari angkatanku yang sempat perform selama kurang lebih delapan menit saat inaugurasi pengukuhan aXoplasmic, angkatanku. Berperan sebagai Donghae saat membawakan lagu dari Super Junior. Dan saat itu juga, secara kebetulan Osteo8last, angkatan 2008, hadir memberikan penampilan mereka untuk terakhir kalinya saat mereka berada di preklinik

“Aduh...bisa-bisanyaa diingat dengan situasi semacam ini.” Hanya bisa mengelus dada.

Cukup tertawanya.

Setelah komentar itu, pertanyaan demi pertanyaan pun dilontarkan kepadaku. Ada yang bisa saya jawab, tetapi kebanyakan pertanyaan mengharuskanku untuk menjawab, “Mohon maaf kak, saya belum membacanya.”

Usai memberikan presentasi, rasanya beban seribu ton yang hinggap di punggungku lepas, lenyap takbersisa layaknya seorang tahanan yang bisa menghirup udara bebas selepas dari Bareskrim. Saya menyadari banyak sekali kekurangan yang terlihat di mata tim penilai. Pembuatan slide yang polos tanpa animasi, cara penyampaian materi, menjadi sebagian indikator kekurangan dalam presentasi yang saya bawakan. Terlepas dari itu semua, tiada henti rasa syukur ini kupanjatkan karena telah melewati pertarungan melawan diri sendiri. Mengalahkan ketidakpercayaan diri. Melawan pikiran-pikiran yang selama ini membuat sesak hingga takdapat berdiri menghadapi kenyataan.

“Saatnya tawakkal. Pasrah dengan apa yang akan terjadi.”

Diantara keempat presenter yang tampil pada hari itu, satu-satunya pantun yang tidak jelas adalah pantunku. Ya, sesuai dengan judulnya. Pantun-pantun presenter yang lain terdengar easy listening. Tidak ada yang seaneh pantunku. 

Masih tersisa empat belas orang lagi yang belum memberikan presentasinya. Presentasi berikutnya akan dimulai lagi minggu depan. Semua peserta calon asisten fisiologi diwajibkan untuk hadir pada setiap presentasi yang diadakan. Selain sebagai penilaian tambahan, melalui presentasi tersebut diharapkan para peserta yang hadir dapat mengambil ilmu pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya atau sekedar mengulangi pelajaran yang sempat dilupa. Sehingga ini juga menjadi sebuah ajang pembelajaran dan saling bertukar ilmu bukan hanya untuk calon asisten baru, tetapi juga untuk asisten-asisten lama maupun mantan asisten-asisten sebelumnya.

 “Malam ini pembalasan tidur.”

Beberapa hari setelah saya presentasi, ‘pantun tidak jelas’ itu menjadi trending topic terutama dikalangan para peserta audisi asisten. Bahkan beberapa temanku pun masih menertawaiku lantaran membawakan pantun yang kedengarannya sama sekali tidak nyambung walaupun sajaknya a-b-a-b. Parah memang!
Pikiranku pun sejenak melayang memikirkan presentasi yang saya bawakan kemarin. Terkadang saya tersenyum sendiri melihat kekonyolanku. Saya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.. 

“kok saya bisa seperti itu yaa?”

Rasa pesimis pun kadang datang dengan sendirinya ketika memperhatikan presentasi dari calon asisten yang lain.
Terkadang pula, terbersit rasa penyesalan.
Karena memang, penyesalan selalu datang belakangan.
Tanpa sadar, saya terlalu banyak mengeluh. Dan tanpa disadari pula, dengan banyaknya keluhan inilah yang mengikiskan rasa syukur dihati. 

Astagfirullah.

“Maafkan hamba-Mu ini yang khilaf yaa Allah.”

To be continued.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. ANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI DARWO DI NMR (_0 8 5 3 2 5 2 9 1 9 9 9_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI
    TRIM’S ROO,MX SOBAT




    ANDA INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL TLP KI DARWO DI NMR (_0 8 5 3 2 5 2 9 1 9 9 9_) JIKA INGIN MENGUBAH NASIB KAMI SUDAH 7X TERBUKTI
    TRIM’S ROO,MX SOBAT

    BalasHapus