Jumat, 31 Agustus 2012

Boyband Berpantun (Episode 2)


Kebetulan saya mengurus berkas tidak sendirian, tetapi bersama seorang teman. Siapa lagi kalau bukan Ecul. Tubuh semampai, kulit sawo matang sedikit hangus dan berambut, brewokan tipis-tipis tajam yang bikin cewek-cewek pada teriak, berkacamata dengan mata seperti baru bangun, wajah tampang cool, dan rambutnya dengan style yang selalu sama, yaitu jatuh ke depan.
Saat mengisi curriculum vitae bersamanya, yang membuatku bungkam seribu bahasa dan seakan menjadi seorang the looser adalah prestasi yang pernah diraihnya. Ada lebih sepuluh prestasi yang pernah dia ukir. Kalau bukan juara 1, 2, yaa 3! Mulai lomba tingkat lokal sampai nasional pernah ia raih. Saking banyaknya prestasinya, 3 lembar curriculum vitae pun hampir tidak muat diisinya. Ngeri! Dibandingkan dengan saya, 2 lembar curriculum vitae pun sepertinya terlalu banyak untuk diisi mengingat takada satu pun prestasi akademik yang pernah saya raih.

 “Akhirnya, fiuh!”

Selesai juga pengumpulan berkasku di bagian fisiologi berkat the power of kepepet. Adalah ke-jarang-an bisa masuk dibagian yang katanya ‘tempat orang-orang burenk’ tersebut.
Sempat melihat siapa-siapa saja yang memasukkan berkasnya sebagai pelamar fisiologi. Dan seperti dugaanku, yang mendaftar adalah ‘mereka’.

Trek!

Pintu bagian fisiologi saya tutup.
Sedikit melangkah, dan tanpa sengaja layangan pandanganku mendarat pada sebuah papan disamping atas bagian fisiologi. Entah mengapa tanpa alasan yang jelas, papan tersebut mengalihkan pandanganku. Padahal, tiap hari saya sering melihatnya.

“UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS KEDOKTERAN
BAGIAN ILMU FAAL
DEPARTMENT OF PHYSIOLOGY”

Sambil mengelah nafas, saya tersenyum dan berazzam, berharap yang terbaik dengan usaha yang dilakukan.

“Yaa, Allah! Berikanlah hambamu ini jalan yang terbaik menurut-Mu. Bismillah!”

Teringatlah saya pada sebuah perkataan dari Friederick Goethe. Kata-kata itulah yang tertanam kuat dalam hati sebagai motivasi tersendiri bagiku.

Apapun yang dapat engkau lakukan atau impikan dapat engkau lakukan, lakukanlah itu! Keberanian itu punya kuasa, keajaiban, serta kejeniusan di dalamnya

Saya pun merogoh kantong kiri untuk mengambil telpon genggam sambil melihat kiri dan kanan, apakah ada orang yang lalu-lalang atau tidak. Lalu mencari opsi “kamera”, klik. Dan,

Jeprett!

Saya  mengambil foto papan tersebut.
Saya simpan dengan niatan bisa melihat papan tersebut sambil belajar ataupun sebagai trigger semangat ketika saya lagi malas mempersiapkan diri untuk tes atau belajar agar kembali on fire. Bahkan saya sering memasangnya sebagai Display Picture di Blackberry Messenger.

“Mudah-mudahan nggak terlihat alay.” batinku.

Sambil senyum-senyum sendiri tidak jelas.
                                                                                **************

Setelah menunggu hari demi hari, akhirnya pengumuman berkas pun ditempel. Dua puluh orang calon asisten lulus tanpa syarat apapun. Sadar dengan nama-nama yang tertempel, membuat nyali saya terpacu. Bismillahlah yang menguatkan dan memantapkan hati untuk ‘maju gondrong’. Walaupun rambutku tidak gondrong.

Minggu, jam 3 sore. Tes pertama, tes tulis.
Semua peserta telah hadir, kecuali satu orang.

“Si ecul kemana yaa? Kok nggak ikut?” batinku. Begitu pula teman-teman yang lainnya bertanya seperti itu.
“Hmm, mungkin aja dia telat. Itu anakkan memang suka telat.”

Peserta pun dipersilahkan untuk masuk di sebuah ruangan kuliah di lantai tiga. Terpaan suhu yang rendah diruangan tersebut menyebabkan jantungku semakin tachicardi. Walaupun begitu, harus tetap tenang agar bisa fokus.
Tidak lupa, sebelum mulai ujian, wajah sang ibu teringat di benakku. Tanpa pikir panjang, kuraih telepon genggamku untuk menelepon ibu.

“Bu, doakan anakmu yang tampan ini, ya!”

Sambil tertawa renyah, ibu menjawab, Iaa nak. Bismillah.”

Aba-aba pun dikumandangkan.

“Sudah siap? 1,2... 3, mulai!”

Mulailah para peserta calon asisten mengerjakan soal yang terdiri dari pilihan ganda, isian, dan essay. Dalam waktu kurang dari 90 menit, berharap semua soal bisa dilalap habis.
Di soal tersebut, selain terdapat soal dari sistem-sistem yang pernah dilewati, ada juga soal yang dimasukkan dari sistem yang belum pernah dilewati, seperti Special Sense (SS) dan Gastroenterohepatologi (GEH). Dan kebanyakan soal-soal dari SS dan GEH yang membuat kening saya berkerut terus. Terkadang pun saya menjawab dengan sistem ‘kancing baju’.
Hanya segelintir soal yang dapat saya selesaikan dengan baik, penuh keyakinan.

“Mungkin usahaku masih kurang yaa.”

70 menit berlalu.
Belum tampak adanya penampakan dari batang hidung si Ecul. Semakin membuat penasaran saja.

“Ini anak pasti nggak jadi ikut. Tapi kenapa? Pasti ada apa-apanya, nih!”

Waktu tinggal beberapa menit lagi dan masih banyak jawaban belum terisi lantaran masih kurang yakin. Badanku pun mulai menggeliat bagaikan anak kecil yang kecacingan. Sejenak saya melempar pandanganku ke arah peserta lain. Satu kata untuk menggambarkan mereka, serius! Setidaknya itu membuat saya tersinggung agar tetap melanjutkannya hingga akhir.
Berbekal mental baja dan tawakkal, saya tetap maju.

Keesokkan harinya.
Tepat dugaanku.

“Begitu, Yan. Itulah sebabnya saya nggak ikut.”
“Trus, kenapa nggak belajar untuk persiapan dari hari-hari sebelumnya?”
“Nggak sempat! Nggak ada waktu bro.”

Sayangnya, dia terlihat tampak kurang serius mengikuti seleksi asisten. Dan yang lebih parahnya lagi, ia seperti tidak menyesal dengan keputusannya.

“Ooh, saya tau! Kamu nggak jadi ikut karena mau naik jadi ketua BEM, kan?” Mencoba menyelidik.
“Haha, nggak lah! Itu sih masih dipikirin. Tapi kalau jadi, kamu dukung, ya!”
“Ciee, haha! Bolehlah! Nanti saya jadi tim suksesmu!”

to be continued.

5 komentar:

  1. ({}) ibhe episode kedua keren... Cmn msh gantung... Blum tau apa hubunganx dgn judulx... Jd gak sabar lihat next episode.. *keningberkerut. :>=D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe, mksh kak :)

      tunggu episode slanjutnya :D

      Hapus
  2. Yang namanya "Ecul" itu pasti nama aslinya Kh****... Upsss.. :X

    Awas memang kalo ga ada hubungannya antara cerita sama judulnya sampe di episode terakhir..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hmm..betul nggak yaa?hhe!

      liat aja nanti episode selanjutnya :D

      makasih faris sdh mampir baca..

      Hapus