Minggu, 26 Agustus 2012

Boyband Berpantun (Episode 1)


Rabu, 11 April 2012, pukul 13.45, RPA tanpa dosen.

Teng-tong!

Telepon genggamku berbunyi. Itu nada deringnya. Menandakan pesan singkat mendarat di telepon genggamku yang hampir berusia 2 tahun. Bunyinya simple, tidak ribet, tidak Me-Tal (melow total), tidak Avenged7Foll, tidak agnes monica,  tapi punya arti yang dalam.

Sms tersebut berasal salah seorang teman belajarku.

Siap2...minggu dpn udah ad pengumuman penerimaan asisten anatomi...”

Takk!

Berita ini benar-benar mengacaukan pikiranku. Bagaimana tidak, disaat sedang disibukkan dengan amanah besar sebagai ketua panitia, saya dikagetkan dengan adanya berita penerimaan asisten. Tentunya, waktu dan pikiranku harus terbagi.

 Aduh, kenapa harus disaat seperti ini sih! Mana belum ada persiapan lagi.”

Berharap berita tersebut belum tentu benar, saya ingin menemui Rima, seorang teman yang mengirimkan pesan singkat tadi, untuk memastikan langsung dari mulutnya.

“Belum ada pengumuman resmi sih dari bagian anatomi.” Aku Rima.
“Trus, kamu tau dari mana?”
“Kebetulan tadi saya diberitahu sama kak Damar.”

Sepertinya kemungkinan besar memang minggu depan dimulai. Sebab yang memberitahukan Rima adalah salah seorang asisten anatomi. Pikiran ini pun bertambah kacau.

“Semoga penerimaan faal belum dibuka juga minggu depan, yaa Allah!”

Terbersit doa dalam hati, berharap diberikan yang terbaik. Yaa, fisiologi.

Senin, 23 April 2012, pukul 07.20, bagian Anatomi

“Hmm, sudah ada yaa.”

Selembar kertas bertuliskan “Pendaftaran Penerimaan Asisten Anatomi, Periode 2012/2013” berikut dengan segala persyaratannya terpajang di papan pengumuman bagian anatomi.
Walaupun berita pengumuman penerimaan asisten baru anatomi itu benar, hatiku sedikit lega. Kemarin saya sudah sempat meng-copy sebuah diktat merah dari Joi, salah seorang sahabat yang kebetulan juga dia adalah koordinator asisten anatomi.

“Ini kitabnya anatomi, Yan! Kalau kamu benar-benar berniat masuk, pelajarilah buku ini.”

Kata-katanya sedikit memberikan sebuah harapan. Semoga buku ini bisa membantu banyak.

Jeng-jeng!

Walhasil, buku ini pun berhasil membuat rambutku keriting.

“Buku ini sih cocok buat orang yang mau nge-kritingin rambut lurusnya, huh! Sepertinya saya tidak berbakat menghafal!"

Tiga hari kemudian, pukul 07.50, koridor lantai 2.

Saat berjalan menuju ruang kuliah, langkahku terhenti sejenak melihat kertas yang tertempel di sudut papan pengumuman bagian fisiologi. Kertas yang sejak beberapa hari yang lalu tidak pernah tertempel disitu. Takpernah terlihat  dan takpernah ada sebelumnya.

“Pendaftaran Penerimaan Asisten Fisiologi, Periode 2012/2013”

Tanpa pikir panjang, saya men-jepret kertas tersebut.

“Untung persyaratannya juga memenuhi.” Batinku.

Antara bahagia dan kalut. Bahagia karena bagian yang selama ini saya impikan untuk menjadi asisten disitu akhirnya terbuka. Fisiologi, yaa, fisiologi. Satu-satunya materi dari biomedik yang sudah membuat saya faal in love.
Sisi lain, kalut juga datang. Persiapan seleksi asisten, pertimbangan terhadap anatomi, ketua panitia, kuliah, semua mewarnai kekalutan itu.
Layaknya anak muda labil yang sedang galau menunggu kepastian. Saya bingung menentukan menjadi asisten dibagian anatomi atau fisiologi. Pertimbangannya sebenarnya dengan alasan yang sederhana dan klasik; banyak orang-orang cerdas (baca: dewa) yang mau menjadi asisten fisiologi dan takutnya jika dilayangkan pertanyaan saat tes presentasi, saya tidak bisa menjawab dengan tepat atau yang lebih parah jawabannya ngawur.

“Kan nda lucu? Apalah saya ini kasian!” Pikirku.

Belum lagi dengan persiapan yang masih sangat minim.

Sedangkan di bagian anatomi tidak ada tes presentasi dalam tahapan seleksinya dan saya pikir karena ilmu anatomiku kurang, saya ingin memperdalamnya dengan cara menjadi seorang asisten di bagian tersebut. Itu pertimbanganku. Walaupun sebenarnya bertentangan dengan hati karena saya sendiri mudah lupa jika mengingat suatu pelajaran yang berbau hafalan.

PING!!!

Ada pesan via Blackberry Messengger.

“Ooh, BM dari kak Afandy.”

Afandy: Yann..bentar kamu shlat mghrib d msjid kan? Aku mau ngasih bingkisan nih dr gramedia pn’bit krn udah undang kami k’jasama d acaramu kemarin de’.

Ian: Ooh, iaa kak! Insya Allah. Sy pulang sblum maghrib kok!

Afandy: Sip!

Kak Afandy adalah salah satu karyawan dari gramedia penerbit yang bekerja di bagian marketing. Kemarin saat event pertama pembukaan Hari Kesehatan Dunia (HKD), saya mengajaknya untuk bekerja sama dan terlibat dalam kegiatan besar dari fakultasku. Kami shalat maghrib berjama’ah bareng di masjid yang takjauh dari rumah kami. Kebetulan, rumah kami pun berdekatan. Seusai shalat, kak Afandy mengantarku pulang dengan kuda besinya sampai di depan pagar rumah. Lalu, dia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

“Nih, bingkisan buat kamu.”

Kak Afandy menyodorkan sebuah benda yang terbungkus dengan kertas kado bermotif batik.

“Isinya apaan, Kak?” tanyaku selidik.
“Hehe, buka aja.”

Kurobek kertas kadonya perlahan.

Sreeeekk

Dan ternyata, bingkisan tersebut berisi sebuah novel. ‘5cm’. Novel yang sedari dulu ingin sekali saya membacanya.

“Allhamdulillah, makasih novelnya kak! Dari dulu saya pengen banged baca ni buku.”
“Hehe, sama-sama, De’. Baca sampai habis! Keren loh ceritanya.”
“Insya Allah. Oia kak, saya lagi bingung nih.”
“Bingung kenapa, De’? Bukan galau karena nggak ada cewek yang naksir, kan?
“Hahahaha, iaa, galau, Kak! Tapi bukan karena cewek. Kalau soal itu sih saya malah takut banyak yang naksir! Hahaha!”
“Hehehe, yaa udah. kamu lagi punya masalah yaa?”
“Nggak juga dibilang masalah sih kak. Gini kak, saya bimbang nentuin mau jadi asisten di bagian mana, Kak. Pertimbanganku, di anatomi itu,,, bla-bla-bla-bla-bla. Kalau di faal itu,,, bla-bla-bla-bla-bla.”

Penjelasanku kepada kak Afandy tentang gundah gulana yang saya hadapi terhadap anatomi dan fisiologi dengan menggunakan bahasa planet yang sebagian besar hanya dimengerti oleh sesama profesi, membuat keningnya berkerut takkaruan.

“.....Gituu kak!”
“Hahaha. Saya nggak ngerti sama sekali tentang anatomi dan fisiologi yang kamu bicaraain, De’. Tapi, kalau itu adalah pilihan, pilih yang kamu sukai dan enjoy untuk kamu jalanin. Pililah dimana ‘hati’mu berada, lalu kejarlah. Kejar impianmu itu.”
“Tapi kalau gagal gimana, Kak?
“Our greatest glory is not in never falling. but in rising every time we fall.”

Saya terdiam sejenak.

“Kakak percaya. kamu bisa, De’! jadikan mimpi, cita-cita, dan doa adalah segalanya dalam usaha yang kamu lakukan. Semoga dimudahkan.”

Setelah bertapa dengan istikharah, memohon secercah cahaya melalui dhuha serta meminta pendapat dan dukungan dari sahabat serta teman-teman sejawat, akhirnya saya men-talak anatomi lalu me-minang fisiologi. Keputusan itupun saya ambil dengan sangat cepat. Saking cepatnya, saya keteteran seperti seorang pasien yang dipasangkan kateter untuk mengurus berkas yang harus dimasukkan sebagai syarat mengikuti seleksi asisten fisiologi. Bagaimana tidak, satu hari sebelum penutupan pemasukan berkas barulah saya urus.

“Semoga masih sempat.”

to be continued.

12 komentar:

  1. Saat sy baca cerita ini sy sangat menikmatinya. Kenapa? Pertama, gaya bahasa yg kamu pake ringan, mudah dipahami, mengalir begitu saja. Kedua: leloconx dan celutukanx dapet sekalih. Sindiran yg dipake adalah sesuatu yg memang msh happenings saat ini. Gak basi. Sewaktu baca sy sangat sempat kepikiran di benakku "ini anak punya potensi, tulisanku bahkan tdk lbh baik dari ini". Keren.

    Terkadang, Memang klo kita buat atau kerjakan sesuatu dgn serius pasti hasilx bagus... Total banget ceritamu ini... Kece..

    Kayax sy punya saingan skrg. .Hehehe..

    BalasHapus
  2. hehe..apalah saya ini kak..baru belajar mulai menulis :)

    tanpa saran, msukan dan kritik dari bang fadly, saya nda bisa juga menghasilkan cerpen ini..

    mhon bimbingannya kak..hhe!

    BalasHapus
  3. Ceritanya seperti pernah saya alami sendiri... hahaha... :)

    Dari judulnya boyband sya pikir bakal bicara boyband beneran.. hahaha... sip2 ceritanya bersambung yah... bikin gantung sja... heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. yakin??

      haha..bacamii nanti lanjutannya..hhe!

      mkasih udit sdh baca :)

      Hapus
  4. sama. galaunya sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. masa'? perasaan galaunya nda seperti saya.. kan 1 ji? hhe..

      Hapus
  5. hahah.... kayanya pengalaman pribadi akh.... :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, alhamdulillah :D

      syukron sudah dibaca akh..

      Hapus
  6. Nggak lucu ceritanya... Tapi kenapa saya ketawa terus baca tulisan ini ya??

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe, semoga episode berikutnya bisa bgtu juga :D

      Hapus
  7. nama : IBNU HIDAYAT,tp knp d sapa 'Yann' ? nyambung dr mna kak?

    anatomi itu bikin gila!!!!!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. namanya di samarkan de'..nda bagus kalau namaku langsung..
      smua nama disitu juga samaran..hhe!

      Hapus